Powered By Blogger

Selasa, 17 Juni 2008

Mengapa Wanita Mudah Menangis?


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti....". Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas". Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?" Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa. Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak. Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi. Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan". (Hari Teguh Patria

Rahasia jadi Ahwat OK



Banyak anggapan salah tentang perempuan, seolah-olah jadi perempuan itu suatu musibah, karena hamil dianggap inilah letak kerugiannya.Ibu-ibu cemas punya anak perempuan karena mereka menganggap susah menjaganya dan takut hamil di luar nikah baik karena “kecelakaan” atau pemerkosaan, yang akhirnya mengakibatkan aborsi. Apalagi pada era kebebasan sekarang ini, tindakan aborsi menjadi kebutuhan primer wanita aliran “serba boleh”. Padahal, bagi yang tahu rahasianya, jadi perempuan bener-bener oke lho... senyum
Allah meletakkan tugas yang begitu mulia di atas pundak seorang wanita. Bukankah selain nabi Adam AS dan Siti Hawa, semua manusia di dunia dia lahir melalui perut seorang wanita? Wanita itu punya ciri khas. Dia memiliki rahim, tempat penyimpanan bakal manusia sebelum lahir ke muka bumi. “Kemudian kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim)” (QS 77:21)
Rahim mempunyai fungsi penting ketika seorang gadis akil baligh. Tiap bulan ia akan mengalami peristiwa “pendarahan” yang ditandai dengan rasa nyeri fisik dan gangguan psikis (kejiwaan) juga. “Sesungguhnya darah haid itu darah hitam yang terkenal. Maka apabila ada begitu, berhentilah dari sholat ; tetapi jika ada yang lain berwudlulah dan sholatlah” (HR. Abu Daud dan Nasa’i). Menstruasi pertama merupakan pintu masuk seorang gadis menuju kedewasaan. Saat itu ia menjadi mukalaf (memikul tanggung jawab secara syar’i menjadi wanita dewasa).
Keunikan rahim makin mempesona ketika hamil. Ia mirip dengan balon. Jika enggak hamil ukurannya cuma sebesar buah apukat, tapi jika hamil, bisa menggelembung melebihi buah semangka. Serunya lagi, dalam keadaan tidak hamil, rahim hampir tidak dapat menampung satu sendok air. Tapi ketika hamil usia 9 bulan, daya tampung uterus mirip container ekspor. Saat itu, rahim menyimpan 4 kilogram bayi, setengah kilogram ari-ari dan sekitar 1,8 liter cairan amniotik. Subhanaallah pada tahap ini seorang wanita mengalami kelemahan diatas kelemahan. (QS 31:14; 46:15).
Adapun beberapa rahasia yang perlu dimiliki wanita biar oke punya en nggak rugi dunia akhirat:
1. “Hai Maryam, taatlah kepada Rabb-mu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku” (QS Ali Imron ayat 43)
Sungguh merugilah wanita yang proses menstruasi dan kehamilannya tak mampu mengambil ibroh tentang kekuasaan Allah. Contoh kehamilan yang membuat seorang wanita semakin dalam taqwanya kepada Sang Pencipta. Ketika istri Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang sholeh dan berkhidmat (di baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS ali Imran :35).
Selain itu, ada Maryam-Ibunda nabi Isa as yang menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh (QS 19:22). Juga Ibunda Nabi Musa as yang hatinya menjadi kosong saking kalutnya melihat sang bayi terombang-ambing dalam peti dibawa arus air sungai Nil (QS 28: 7&10). Adapun keadaan mandul merupakan takdir Allah sebagaimana tercantum dalam Alquran surat Asy-Syuura 49-50. “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang Dia kehendaki) dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki..Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”
2. “....memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS 4:34)
Banyak aturan Islam atas diri seorang wanita dalam rangka memelihara dirinya. tunduklah dalam berbicara sehingga orang yang berpenyakit hatinya tidak akan tergoda. Janganlah keluar rumah tanpa alasan yang dibenarkan syar’i, janganlah berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyah (QS 33:32-33), hendaklah menahan pandangan dan memelihara kemaluannya (QS 24:31)
3. “....tidak akan membunuh anaknya “ (QS 60:12)
Sebagai perempuan yang bisa hamil, sangat mudah baginya unuk membunuh janin yang ada dalam kandungannya. Bukankah ia tahu lebih dulu apakah dirinya hamil atau tidak? Kenyataannya di jaman sekarang, berjuta-juta bayi dibunuh dalam proses aborsi karena si Ibu tidak menghendaki kelahirannya. Untuk itu Allah mewanti-wanti kaum wanita untuk menjauhi perbuatan “membunuh” jabang bayi atau yang sudah menjadi bayi.
4.”...tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka”(QS 60 :12). Sebahagia perempuan yang bisa hamil, sangat mudah baginya untuk berbuat dusta dalam hal zina. Bisa jadi suaminya si Bambang, padahal bayi yang ada dalam kandungannya adalah hasil perbuatan zinanya dengan Marno. Bukankah ketika lahir nggak mudah diketahui bapak si anak yang sesungguhnya kalau ternyata si Ibu adalah wanita murahan? Dengan demikian hilanglah kejelasan nasab/pertalian darah seorang anak dengan bapaknya.
Karena statusnya sebagai istri dari seorang laki-laki dan Ibu dari anak-anak laki-laki tersebut, maka Allah memberi keistimewaan kepada kaum perempuan.
1. Nggak wajib cari nafkah (QS 4:34 & 65:7)
2. Disediakan tempat tinggal (boleh rumah kontarakan ; boleh rumah sendiri)
3. Dapat hadiah yang disebut mahar ketika mau dinikahi
4. Kalo dicerai dapat hadiah yang disebut mut’ah (2:241), kalo dicerai pas hamil, dapat nafkah sampai melahirkan sang bayi (QS 65:6)
5. Nggak wajib perang, malah kaum lelaki berperang fiisabilillah untuk membela kaum wanita (QS 4:75)
Jadi, enak dong jadi perempuan itu, cukup ongkang-ongkang kaki saja, ternyata enggak juga. Kaum wanitapun dituntut untuk bahu membahu bersama kaum lelaki menegakkan syariat Allah di muka bumi ini. Sebab, orang yang berjihad derajatnya lebih tinggi dari orang yang hanya duduk-duduk (QS 4: 95-96).

Semangat jihad Islam

Mencermati Angka-Angka Dalam Dakwah Rasulullah SAW Oleh: Musyaffa Ahmad Rohim, Lc

Ada banyak orang yang momok dengan angka-angka. Mungkin karena semenjak Sekolah Dasar, ia telah “dicekoki” dengan Matematika yang sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga karena angka sangat terkait dengan uang, dan ternyata, ia gampang-gampang susah didapatnya, bahkan lebih sering susah dan sulitnya. Mungkin juga keseringan menghitung angka-angka, akan tetapi tidak pernah ada wujud dan hasilnya. Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 65-66, Allâh –subhânahu wa ta’âlâ- berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَفْقَهُونَ (٦٥) الآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (٦٦)
65. Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti [1].
66. sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar.
Ada banyak orang yang momok dengan angka-angka. Mungkin karena semenjak Sekolah Dasar, ia telah “dicekoki” dengan Matematika yang sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga karena angka sangat terkait dengan uang, dan ternyata, ia gampang-gampang susah didapatnya, bahkan lebih sering susah dan sulitnya. Mungkin juga keseringan menghitung angka-angka, akan tetapi tidak pernah ada wujud dan hasilnya. Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain.
Saat saya bersama anak-anak dan keluarga menonton VCD The Amazing Child, sebuah VCD yang mengisahkan bocah berusia 5 tahun yang telah hafal Al-Qur’ân Al-Karîm, dan bahkan mampu menjelaskan dan memahami kandungannya, saya dikejutkan oleh sebuah pertanyaan yang diajukan kepada sang bocah, yang isinya, meminta kepadanya untuk menyebutkan angka-angka di dalam Al-Qur’ân, dan dengan cekatan nan fashîh, sang bocah pun membaca ayat-ayat yang berisi penyebutan angka-angka.
Kenapa saya terkejut dengan pertanyaan seperti ini? Sebab, beberapa waktu yang lalu, saya juga dikejutkan oleh “protes” atau ekspresi momok sebagian aktivis dakwah terhadap angka-angka.
Dari dua kejutan ini, saya pun mencoba mencari-cari, adakah angka-angka di dalam Al-Qur’an, dan juga dalam sirah (perjalanan) hidup nabi Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-?
Jawaban bocah dalam VCD yang saya tonton, memberi inspirasi kepada saya untuk mencoba mencermati angka-angka ini, yang di antara hasilnya adalah sebagai berikut:
Al-Qur’ân Al-Karîm telah menyebutkan beraneka macam angka, mulai dari pecahan, satuan, belasan, puluhan, ratusan, ribuan dan bahkan ratusan ribu.
Angka-angka pecahan yang disebutkan Al-Qur’ân adalah seperdelapan (1/8), seperenam (1/6), seperempat (1/4), dan setengah (1/2).
Angka-angka satuan, belasan, puluhan, ratusan dan ribuan yang disebutkan Al-Qur’ân adalah satu (1), dua (2), tiga (3), empat (4), lima (5) enam (6), tujuh (7), delapan (8) dan sembilan (9), sepuluh (10), sebelas (11), dua belas (12), sembilan belas (19), dua puluh (20), tiga puluh (30), empat puluh (40), lima puluh (50), enam puluh (60), tujuh puluh (70), delapan puluh (80), seratus (100), dua ratus (200), tiga ratus (300), sembilan ratus lima puluh (950), seribu (1000), dua ribu (2000), tiga ribu (3000), lima ribu (5000) dan angka terbesar yang disebutkan Al-Qur’ân Al-Karîm adalah seratus ribu (100.000).
Kesimpulan sementara saya setelah mendapatkan angka-angka ini: “ternyata, Al-Qur’ân Al-Karîm menyebutkan angka-angka”, karenanya, kita tidak boleh alergi atau momok dengan angka-angka.
Bagaimana dengan perjalanan hidup (sîrah) Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-?
Bila kita mencoba merunut (membaca secara berurutan) perjalanan hidup (sîrah) beliau –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-, ternyata, semenjak awal, para penutur (yang menuturkan dan mengisahkan) serta penulis sîrah beliau, juga sudah akrab dengan angka-angka.
Dalam kitab Al-’Ibar Fî Durûs (Khabar) Man Ghabar, dalam peristiwa tahun 17 H, Al-Hâfizh Al-Dzahabî menulis:
وَفِيْهَا تُوُفِّيَ عُتْبَةُ بْنُ غَزْوَانَ اَلْمَازِنِيّ، أَحَدُ السَّابِقِيْنَ اَلأَوَّلِيْنَ. يُقَالُ أَسْلَمَ سَابِعَ سَبْعَةٍ
Pada tahun tujuh belas Hijriyah (17 H) telah wafat ‘Utbah bin Ghazwân Al-Mâzinî –radhiyallâhu ‘anhu-; salah seorang yang pertama-tama masuk Islam, ada pendapat mengatakan bahwa dia adalah orang yang masuk Islam dengan nomor urut tujuh. [lihat juga Mushannaf Ibn Abî Syaibah juz 8, hal. 45, 199, 452).
Dalam riwayat lain, yang menempati nomor urut ketujuh adalah Sa’ad bin Abî Waqqâsh –radhiyallâhu ‘anhu- [Al-Sunan Al-Kubrâ karya Al-Baihaqi juz 1, hal. 106, lihat pula: Ma’ânî Al-Qur’ân, karya Al-Nahhâs saat menafsirkan Q.S. Al-Mâidah: 12).
Riwayat lain mengatakan bahwa yang menempati nomor urut ketujuh adalah Utsmân bin Al-Arqâm [Al-Mustadrak, karya Al-Hâkim, hadîts no. 6181].
Siapapun yang benar darinya tidaklah penting [2], yang terpenting di sini adalah bahwa semenjak awal, masalah angka-angka dalam sîrah nabi Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- telah menjadi perhatian para penutur dan penulis sejarah perjalanan hidup beliau –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- ini.
Dan setelah beliau ­–Shallallâhu ‘alaihi wa sallam- hijrah ke Yatsrib (kemudian dikenal sebagai Al-Madinah atau kota nabi Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-), dan Allâh –subhânahu wa ta’âlâ- mulai mengizinkan peperangan kepada kaum muslimin, Ada empat hal yang menarik dari angka-angka di atas, yaitu:
Ada pertumbuhan cepat jumlah pasukan Islam dari tahun ke tahun. Dari Badar ke Uhud (tempo satu tahun) telah terjadi pertumbuhan jumlah pasukan Islam sebanyak tiga kali lipat (300%), begitu juga dari Uhud ke Ahzâb (tempo dua tahun). Yang menarik adalah pertumbuhan dari tahun ke lima (Ahzâb) ke tahun delapan (Fathu Makah), sebab, dalam tempo tiga tahun, pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi 10.000 pasukan (lebih dari 300%).
Suasana “damai” atau genjatan senjata dengan pihak Makah melalui Shulh Hudaibiyah (perdamaian Hudaibiyah) pada tahun 6 Hijriyah, telah dioptimalkan oleh Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- untuk menyebar luaskan dakwah seluas-luasnya, di samping untuk menyelesaikan urusan strategis lainnya, misalnya: penyerbuan ke benteng Yahudi di Khaibar (tahun 7 H).
Pada tahun 9 Hijriyah dan “hanya” dalam tempo satu tahun, jumlah pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi 30.000 pasukan (300%). Hal ini terjadi karena Makah yang menjadi musuh dakwah telah tidak ada dan berubah menjadi bagian dari pendukung dakwah.
Ada pertumbuhan yang relative “terjaga” dari jumlah pasukan Islam, yaitu sekitar 300%, walaupun tempo yang dilaluinya berbeda-beda.
Adanya angka-angka pertumbuhan seperti ini, menjadikan kita bertanya-tanya: adakah angka-angka seperti ini terjadi secara kebetulan (’afwiyyan), ataukah memang ada perencanaan atau design yang telah dibuat sebelumnya?
Jika kita menengok kepada tahun dua Hijriyah, saat beliau –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- belum lama tiba di Madinah, yaitu saat itu beliau memerintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukan sensus tertulis terhadap semua orang yang telah menyatakan masuk Islam, rasanya terlalu jauh kalau kita berpendapat bahwa angka-angka pertumbuhan seperti di atas terjadi secara kebetulan. Pemahaman yang lebih dekat kepada kebenaran (jika tidak kita katakana kebenaran) adalah pendapat yang mengatakan bahwa hal itu memang sesuatu yang direncanakan oleh Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-
Dalam kitab Shahîh Muslim disebutkan sebagai berikut:
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَحْصُوا لِي كَمْ يَلْفِظُ اْلإِسْلاَمَ، قَالَ : فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَخَافُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ مَا بَيْنَ السِّتِّ مِائَةٍ إِلَى السَّبْعِ مِائَةٍ! [رواه مسلم، رقم 149]
Dari Hudzaifah –radhiyallâhu ‘anhu- ia berkata: Kami bersama Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda: “Lakukanlah ihshâ’ untukku berapa orang yang telah menyatakan Islam”. Hudzaifah berkata: ‘maka kami berkata: ‘Wahai Rasulullâh, adakah engkau mengkhawatirkan kami? Sementara jumlah kami antara 600 sampai tujuh ratus! .. [H.R. Muslim, no. 149]
Dan di dalam kitab Shahîh Bukhârî disebutkan:
عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اكْتُبُوا لِي مَنْ تَلَفَّظَ بِاْلإِسْلاَمِ مِنْ النَّاسِ، فَكَتَبْنَا لَهُ أَلْفًا وَخَمْسَ مِائَةِ رَجُلٍ … عَنْ الأَعْمَشِ : فَوَجَدْنَاهُمْ خَمْسَ مِائَةٍ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ : مَا بَيْنَ سِتِّ مِائَةٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةٍ [البخاري، رقم 3060]
Dari Hudzaifah –radhiyallâhu ‘anhu- ia berkata: Nabi –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tuliskan untukku orang-orang yang telah menyatakan Islam”. Maka kami menuliskan untuk beliau seribu lima ratus laki-laki … Dari Al-A’masy: Maka kami mendapati mereka berjumlah 500. Abû Mu’âwiyah berkata: antara 600 – 700 [H.R. Bukhârî, no. 3060

Mengapa harus Dakwah disekolah?


“Pengalaman dakwah di berbagai negara: kesuksesan pembinaan generasi muda banyak dimulai dari : dakwah sekolah.”
PRINSIP PENDINIAN TARBIYAH
Selanjutnya kita mulai memasuki pembahasan bagaimana mulai membangun kepribadian generasi muda kita.
Sebenarnya, Islam telah mengajarkan bahwa menanam bibit generasi yang sholeh harus dilakukan sedini mungkin.
Seorang bayi sunnah diazankan dan diiqomatkan ketika baru lahir[15] adalah bagian dari pendinian proses tarbiyah itu; agar kalimat pertama yang didengarnya adalah kalimat tauhid dan kebaikan semata, dan agar syaitan menjauhinya dari menyesatkannya.
Bahkan jauh sebelumnya, seorang pemuda yang siap menikah hendaknya memilih calon isteri yang memiliki ‘dzatud dien’, memiliki penghayatan dan pengamalan agama yang baik, agar kelak berpotensi melahirkan bibit generasi yang shalih.
Nasihat Luqman kepada anaknya yang diabadikan oleh Allah SWT dalam surah Luqman ayat 12-19, menginspirasikan kita bahwa pembinaan anak-anak adalah sangat efektif untuk mencetak kepribadian dan karakter yang kuat sejak dini hingga mewujudkan kader-kader belia yang akan berjuang di tengah masyarakat dengan sabar dan siap menghadapi ujian-ujian kehidupan dan perjuangan.
Banyak riset pendidikan modern saat ini menyimpulkan bahwa proses pendinian kematangan kepribadian seseorang dapat segera dilakukan. Apalagi ada indikasi bahwa kematangan biologis seorang remaja mengalami percepatan dalam beberapa tahun terakhir karena gizi yang meningkat dan arus informasi yang amat pesat. Adalah bahaya besar, apabila kematangan ini tidak diimbangi dengan kematangan kepribadian dan bahkan kemandirian, karena akan terjadi penyimpangan-penyimpangan pergaulan yang tidak bertanggung jawab.
Tetapi Islam ternyata lebih dahulu percaya bahwa pendinian itu adalah sangat mungkin dilakukan, dan bahkan dapat memberikan hasil yang mengejutkan.
Kematangan dini itu amat tampak misalnya pada kisah seorang sahabat Rasulullah Saw yang fenomenal: Usamah yang pada usia 18 thn memimpin pasukan Islam pertama ekspansi keluar Jazirah Arab. Kemudian Imam ath Thobari, seorang ahli tafsir besar telah hafal Al Qur’an pada usia 7 th dan menjadi Imam pada usia 8 tahun. Imam Ibnu Taimiyah telah memberikan fatwa pada usia 15 tahun. Muhammad al-Fatih Murad membebaskan Konstantinopel pada usia 24 tahun, yang telah menjadi mimpi 8 abad umat Islam.
Kematangan dini itu pun juga tampak pada episode kehidupan yang lebih pribadi : pernikahan dini! Ya, Amru bin Ash, pahlawan Islam yang membebaskan Mesir menikah pada usia 12 tahun. Muhamad Abdul Wahab sang pembaharu Islam menikah pada usia 12 tahun, Ali bin Abi Thalib ra menikah pada usia 16 tahun, dan nama-nama besar lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Pernikahan dini tersebut tentu saja telah diimbangi dengan kemandirian dini secara finansial pula.
Kematangan-kematangan diatas Allah puji sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya, Allah mencintai pemuda yang tidak mempunyai sifat kekanak-kanakan.”
Umumnya kematangan dini di atas diproses oleh institusi yang inti : keluarga. Dan sebagian besar keluarga-keluarga di Indonesia ini, telah melewati masa-masa emas pendinian pembinaan anak dengan gagal. Itulah saat ini yang menjadi permasalahan dan pembahasan kita yang utama : produk remaja-remaja yang lemah moralitasnya dan rentan dengan air bah demoralisasi.
Pada buku ini, kita akan membahas pembinaan dan dakwah yang harus dilakukan di lokasi eksternal tempat sebagian besar komunitas remaja itu berada : SEKOLAH. Inilah medan dakwah yang sangat strategis dan telah menjadi tanggung jawab publik secara luas untuk menggarapnya.
URGENSI DAKWAH SEKOLAH
Ada 3 alasan utama yang menjelaskan urgensi dakwah sekolah yakni: (a) efektif, (b) masif, (c) strategis. Alasan-alasan ini sangat khas dan membedakannya dengan segmen dakwah yang lain.
a. Efektif
Tidak diragukan lagi bahwa menanamkan aqidah dan moralitas kepada remaja dan pemuda adalah jauh lebih efektif daripada berdakwah kepada golongan tua yang telah sarat dengan kontaminasi kepentingan pragmatis dan ideologis.
Usia muda adalah periode emas untuk belajar, menanamkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan. Sebuah pepatah Arab mengatakan “belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar di masa tua bagaikan menulis di atas air”.
Pengalaman gerakan dakwah di berbagai negara menunjukkan bukti yang sama. Di Indonesia, peluang dakwah dan proses tarbiyah yang efektif banyak berawal dari dakwah sekolah, baik di SLTA maupun SLTP. Penggerak dakwah kampus di berbagai perguruan tinggi besar seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan sebagainya sebagian besar berasal dari aktifis dakwah sekolah.
b. Masif
Disebut “masif” atau massal adalah karena jumlah populasi pelajar sangat banyak dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Populasi pelajar ini juga jauh melebihi populasi mahasiswa yang hanya berada di kota-kota besar.
Dari 74 juta populasi pemuda Indonesia berusia 15 – 35 tahun di tahun 2000, 24,5% tamat SLTP, dan 23,02% tamat SLTA. Bandingkan dengan 3,86 % yang berhasil menamatkan pendidikan sarjana muda dan sarjananya.[16]
Obyek dakwah yang massif tentu saja sangat vital. Bila pengaruh dakwah sedemikian besar kepada segmen pelajar, maka perbaikan moralitas dan fikroh masyarakat akan tumbuh secara massif pula.
c. Strategis
Disebut strategis karena dakwah sekolah dalam jangka panjang akan mensuplai SDM shalih di berbagai lapisan masyarakat sekaligus, baik buruh dan pekerja, wiraswastawan dan kaum profesional, serta calon pemimpin di masa depan. Mengingat perannya yang amat strategis ini, maka tidak heran lahan dakwah sekolah ini menjadi rebutan berbagai ideologi.
Maka bayangkanlah apa yang terjadi apabila dakwah sekolah kita maju dan berkembang. Tatkala ia berhasil menumbuhsuburkan kader-kader muslim yang banyak dan berkualitas juga simpatisan-simpatisan dakwah yang massal. Mereka akan mengisi dan mewarnai lembaga-lembaga profesi di masa depan: perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah, birokrasi, perguruan tinggi, LSM, wiraswasta, dan tentu saja di masyarakatnya sendiri, baik sebagai pemimpin-pemimpin hingga level grass root (basis massa).
Mereka akan menjadi agen-agen perubahan skala sistem; membersihkan seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dari kuman-kuman korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah akut.
Mereka adalah darah baru yang akan membawa bangsa dan ummat Islam kepada zaman baru; era baru yang lebih cemerlang, maju, adil, sejahtera dan –tentu saja- berakhlak.
KERJA BESAR UNTUK PERUBAHAN BESAR
Maka, tidak berlebihan kalau kita katakan dakwah sekolah memiliki pengaruh amat besar bagi perubahan besar di negeri ini.
Ini adalah kerja besar yang harus didukung seluruh pihak, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Para pelajar aktifis Rohis tentu menjadi garda terdepan proyek besar ini. Alumni memberikan pembinaan, transfer pengalaman dan bahkan dana. Guru-guru memberikan suri tauladan dan dukungan. Kepala sekolah menggunakan otoritasnya mempermudah kegiatan-kegiatan keislaman. Orang tua siswa memberikan dorongan, bantuan dana dan fasilitas lainnya bila memungkinkan. Para ulama dan asatidz berbobot meluangkan waktunya untuk turut memberikan pengajaran dan bimbingannya yang dibutuhkan pelajar.
Bahkan, pejabat pemerintah dan anggota legislatif di DPRD tingkat I, II maupun Pusat menggunakan otoritasnya untuk membuat program, produk perundang-undangan dan menganggarkan dana yang besar untuk pembinaan moral generasi muda.

Kenapa Manusia Diciptakan Berpasang-pasang

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Al Qur’an, 36:36)
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan
protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
disunting dari : http//:jrmn.org/

Arti Sebuah Lambang

Disamping adalah Lambang dari rohis Binsus,sebuah lambang yang memiliki beberapa arti yaitu sebagai berikut:
1.Segiempat berdempetan: melambangkan kekuatan ukhuwah dari seluruh anggota Rohis Binsus
2.Mesjid:melambangkan mesjid sebagai tempat beribadah dan juga sebagaitempat untuk menyatukan visi dan misi seluruh anggota rohis .
3.6 lapisan warna kuning dan hitam : melambangkan 6 rukun iman yang patut diimani oleh seluruh anggota rohis dan seluruh umat muslim didunia.
4.Tulisan rohis binsus kecil: melambangkan kerendahan diriseluruh anggota rohis.
Mungkin hanya itu yang dapat kami jelaskan tentang lambang rohis binsus.

Jumat, 13 Juni 2008

Kegiatan-kegiatan Rohis Binsus

Setelah kurang lebih berdiri selama 4 tahun,rohis binsus telah banyak melakukan kegiatan diantaranya yaitu kegiatan sanlat ramadan yang telah berjalan selama bulan ramadan 4 tahun belakangan ini.adapun kegiatan pengurus yang baru adalah ;
1. Pelantikan Pengurus yang baru
2. Rihlah(jalan-jalan)
3. Pelatihan manejemen Organisasi
4. Pengenalan Rohis
5. Outbound
6. Pelatihan Kepemimpinan
7. Musyawarah Besar
Insyaallah Kegiatan diatas akan dilaksanakan dalam Periode pengurus Rohis 2008/2009

Sedikit tentang Rohis Binsus


Rohis binsus adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang keagamaan.Rohis binsus resmi didirikan pada tahun 2004 Dangan nama Ahwat Rohis Binsus (ARUS) yang hanya beranggotakan siswi. ketua pertamanya bernama Habtsi dan baru pada tahun 2008,Rohis binsus memiliki anggota siswa.dan langsung menjabat sebagai ketua tanpa mengemping kan rohis siswi.Adapun susunan kepengurusan rohis 2008/2009 adalah sebagai berikut:

Penanggung Jawab : Bpk.Drs.Sukaini
Bpk.Setyo Sunarso
Ibu.Eva Lidya
Bpk.Wagino
Bpk.Syafaruddin

Pembina :Bpk.Hasan Asyari
Ibu.Sri Dumai Tiptop

Ketua :Suhendra Mandala Ernas
Sekretaris :Abdillah Habib
Bendahara :Marini Khairani
Kabid Keputrian :Shelli Rahmi
Kabid Syiar Islam :Hafiz Abdillah
Kasubbid Mading :Zulfadli Khaira
Kasubbid PHBI :Ahmad Risqi
Kabid SDM :Dwi Sigit